Unik

HSBC dan Fakta Sejarah Kelamnya

Ada satu artikel yang cukup mengejutkan dari Dean Henderson, mengungkap fakta bahwa Hongkong Shanghai Bank Corporation (HSBC) sejak awal berdirinya telah dijadikan sebagai tempat penyimpanan (gudang) sekaligus tempat pencucian uang hasil penjualan candu (opium), harta kekayaan yang diperoleh Inggris semasa Perang Candu dengan Cina.
Tentu saja artikel yang dikutip dari buku Dean Henderson, bab kedua bertajuk Big Oil and Their bankers tersebut, sangat mengejutkan. 

Betapa tidak. Menurut catatan dari Global Finance, HSBC Holding yang bermarkas di London itu, saat ini menduduki peringkat ketiga sebagai bank terbesar di seluruh dunia dengan total asset sebesar 2,36 triliun dolar Amerika. Yang lebih mengagetkan lagi, Dean Henderson mencatat bahwa semasa Perang Vietnam yang mencapai puncaknya pada sektitar 1975-an tersebut, HSBC ternyata pernah melakukan pencucian uang hasil penjualan bisnis candu yang dilakukan oleh badan intelijen Amerika Serikat Central Intelligence Agency (CIA).

Rejim militer Vietnam Selatan yang sejatinya merupakan kreasi agen CIA bernama Kolonel Edward Lansdale, telah menginstruksikan para jenderal di jajaran angkatan bersenjata Vietnam Selatan untuk memasok ganja kepada sindikat-sindikat Cina yang tergabung dalam TRIAD, yang kemudian mengedarkannya di Hongkong yang waktu itu masih menjadi daerah protektorat Inggris.

Para jenderal militer Vietnam Selatan juga menggunakan sindikat mafia TRIAD ala Vietnam sebagai gembong mafia pengedar narkoba yang dikenal sebagai Santos Trafficante. Kalangan militer di Thailand juga melakukan modus operandi yang sama dalam bisnis candu ini. Mereka mengirim pasokan obat bius tersebut ke Hongkong.

Dari jalinan kisah yang dirajut oleh Dean Henderson tersebut, sampailah pada peran yang dimainkan oleh Deak and Company, yang dikenal waktu itu sebagai penyalur utama dalam urusan jual-beli emas(Gold Dealer) di Hongkong. Nah dalam urusan perdagangan obat bius dan ganja yang dimotori oleh CIA di kawasan Asia-Pacific ini, Deak and Company praktis merupakan mata-rantai kunci dari perdagangan ini.

Deak and Company didirikan oleh Nicholas Deak, yang ternyata menurut beberapa sumber, merupakan agen lapangan dari Office of Strategic Service (OSS) yang pada perkembangannya merupakan organ cikal bakal berdirinya CIA pada 1947. Karena itu tak heran jika pada perkembangannya kemudian Deak and Company berkembang menjadi pebisnis besar dalam bidang keuangan dan tambang emas sejak berakhirnya Perang Dunia II.

Rupanya Nicholas Deak ini pula yang sejak awal membiayai petualangan CIA dalam Perang Vietnam sejak 1960-an, Operasi rahasia penggulingan Perdana Menteri Iran berhaluan nasionalis kerakyatan Mohammad Mossadeq pada 1953, dan pembunuhan keji terhadap Patrice Lumumba, Perdana Menteri berhaluan nasionalis dari Kongo.

Untuk mendukung operasi-operasi rahasianya, Deak berhasil menggunakan dana simpanan nasabah bank di Swiss, Foreign Commercial of Zurich, maupun kemampuan Deak untuk merayu para elit politik dan bisnis dunia ketiga untuk melarikan dan mengalihkan asset-aset kekayaannya ke luar negeri. Terutama asset-aset kekayaan para elite hasil penjualan obat bius dan candu dari Argentina.

Sejarah keterlibatan para elit politik dan bisnis Inggris dalam perdagangan dan penyelundupan Candu, bermula pada 1783, ketika Lord Shelbourne menghalalkan Perdagangan Candu dengan melibatkan para pedagan Skotlandia dari East India Company(Kongsi Dagang Inggris) dan para anggota The House of Windsor allied Knights of St . John Jerusalem.

Yang lebih mengejutkan lagi, dalam skema perdagangan candu berskala global ini, Inggris melibatkan Adam Smith, yang sekarang kita kenal sebagai bapak Kapitalisme Dunia bernama Adam Smith. Adam Smith, dalam buku Henderson ini disebut merupakan juru propaganda utama dari Lord Shelbourne dan East India Company. Dan pada 1776, Adam Smith menerbitkan bukunya Wealth of Nations, yang kelak merupakan buku suci(buku babon) bagi para pendukung Kapitalisme Global.

Adapun East India company tersebut sejak semula menjalin kerjasama dengan para anggota dua organisasi rahasia(secret society) the Muslim Assassins dan The Christian Knights Templar, dalam urusan perdagangan global obat bius tersebut.

Anehnya lagi, TRIAD itu sendiri dibentuk atas gagasan Inggris untuk kegiatan perdagangan Candu di kawasan Asia Pacific, seperti Society of Heaven and Earth.

Pada 1836, seorang pedagang Candu yang bermarkas di Canton, mendesak pemerintahan Inggris untuk melancarkan perang Candu menyusul adanya penyitaan terhadap simpanan Candu mereka. Perang Candu kedua juga dilancarkan Inggris terhadap Cina pada 1858-1860.

Praktis sejak abad 19, untuk urusan perdagangan Candu itu, dikuasai oleh beberbapa klan keluarga seperti Matheson, Keswick, Swire, Dent, Inchcape, Baring dan Rothschild.
Perdagangan Candu di Amerika juga melibatkan beberapa klan keluarga di Amerika seperti Perkins, Astor dan Forbes, yang telah meraup keuntungan jutaan dolar Amerika dari perdagan Candu tersebut. Bahkan dinasti Perkins kemudian mendirikan Bank of Boston yang sekarang dikenal sebagai Credit Suisse First Boston. Bahkan keluarga besar Perkins dan JP Morgan kemudian mendirikan Universitas Harvard. William Hathaway Forbes kemudian menjadi Direktur Hongkong Shanghai Bank tak lama setelah didirikan pada 1866.
Keterkaitan keluarga besar Forbes dalam perdagangan candu itu terlihat melalui fakta bahwa John Murray Forbes telah memainkan peran penting sebagai banker yang membiayai fase fase awal Amerika dalam perdangan global narkoba. Dan adalah dinasti Forbes ini pula yang kemudian memprakarsai penerbitan Majalah Forbes.

John Jakob Astor, menginvestasikan uang hasil penjualan candunya dalam binis properti di Manhattan. Dan pada saat yang sama aktif sebagai dalam badan intelijen Inggris.
Adapun pemerintahan colonial Inggris kemudian mengorganisasikan apa yang disebut sebagai Shanghai Green Gangs dengan menjalin kerjasama dengan Pemerintahan Chang Kai Shek dan kelompok politik sayap kanannya yang bernama Kuomintang(KMT).

JH Keswick inilah yang merupakan sosok penting dalam pengelolaan pemukiman internasional bagi warga Inggris di Shanghai. Dan saudaranya, Sir William Johnston Keswick menjabat sebagai Direktur the British-run Shanghai International Settlement dari 1930 hingga 1948, ketika Chang Kai Shek dipaksa dipukul mundur ke pulau Formosa (Taiwan) oleh kekuatan komunis Cina daratan yang dimotori oleh Mao Ze Dong dan Chou en Lai.
Lalu bagaimana ceritanya hingga HSBC bisa terkait urusan dengan para pelaku perdagangan bisnis haram tersebut? Nah sekarang sampailah pada sisi menarik dari kisah ini.

Singkat cerita, William Jardine, keluarga besar Keswick dan William Satherland Matheson, kemudian berkongsi membentuk Jardine Matheson. Kongsi tiga keluarga besar inilah yang kemudian mendirikan the Hongkong Shanghai Bank Corporation setelah berakhirnya Perang Candu Kedua sebagai gudang penyimpanan uang hasil bisnis candu tersebut. HSBC yang merupakan cabang dari London-based HSBC Holdings, saat ini menguasai dan mengatur 75 persen keuangan Hongkong. Sedangkan prosentase sisanya dikendalikan oleh Sir Cecil Rhodes, pendiri Standard Chattered Bank .

Informasi lain yang tak kalah menarik, setelah Deak and Company bangkrut pada 1985, muncul aktor baru dalam perdangan baru, Sharp Pixley Ward, yang kemudian berhasil menguasai monopoli pasar perdangan emas Hongkong. Dua kekuatan modal yang berada di balik Sharp Pixley adalah Kleinwort Benson dari British Merchant Bank yang menguasai 49 persen saham, dan HSBC yang menguasai 51 persen saham.

Kleinwort Benson ini pada Perang Dunia II ternyata merupakan salah satu penyandang dana Pemimpin Fasime Jerman Adolf Hitler, dan dekat Rio Tinto yang masih termasuk keluarga besar Oppenheimer. Rio Tinto merupakan pengusaha penghasil tambang dan alumunium.

Kongsi dari keluarga besar Matheson dan Keswick, kemudian mengusai bisnis perkapalan dan industri strategis, yang kemudian mengusai Hongkong Jockey Club, yang dijadikan tempat pencucian uang hasil penjualan narkoba.

Praktis kekuatan kekuatan korporasi inilah yang menguasai dan mengendalikan arah kebijakan politik luar negeri Inggris yang imperialistik tersebut. JH Keswick, JK Swire dan Sir Mark Turner, ketiganya bergabung di Kementerian Kesejahteraan Ekonomi Inggris pada Perang Dunia II. Dan sekaligus anggota Royal Institute of International Affairs. Lembaga kajian luar negeri Inggris ini dipimpin pertama kali oleh Lord Alfred Milner yang merupakan CEO pertama Rio Tinto.

Dan ketiga keluarga besar inilah yang menguasai dewan direksi HSBC ketika itu.
Bukan itu saja. The British Bank of Middle East yang mendominasi perdagangan emas di Dubai, 100 persen sahamnya dikuasai oleh HSBC. Pada 1999, HSBC membeli Republic Bank milik warga Lebanon bernama Edmund Safra. Lagi-lagi Safra merupakan salah satu pemain utama dalam perdagangan di sektor emas. HSBC juga telah membeli Marine Midland Bank, bank yang berada dalam kendali CIA bertahun-tahun, dan merupakan anak emas dari Pemerintah Panama, serta pemilik dari Samuel Montagu gold trading firm yang berpusat di London, Inggris.

Kongsi beberapa keluarga besar pengendali HSBC tersebut, mempunyai kepentingan yang timbale-balik dengan beberapa mega bank internasional, beberapa pelaku bisnis emas dan berlian berskala global, Royal Dutch /Shel and BP Amoco.
HSBC memang telah merambah ke berbagai manca negara. Pada 1994, HSBC Hongkong Bank Malaysia, pada 1997 mendirikan Banco HSBC Bamarindus SA. Pada 1999 membeli Commercial Bank di Malta.

Pada 2000, In 2000 berhasil mengusai France’s CCF, Bank Turki Demirbank TES dan the Egyptian British Bank. Pada 2002 membeli bank Mexico Grupo Financiero Bital S.A. de C.V. dan Bank Turki Benkar Turketici Finansmani ve Kart Hizmetleri A.S. Kemudian mengambil-alih Bank of Bermuda dan berhasil mengusai sahib di China’s Ping An Insurance, Bank India UTI Bank dan China’s Bank of Communications.

Oleh: Hendrajit – Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Post a comment

Next Post
Posting Lebih Baru
Previous Post
Posting Lama