Unik

3 Alasan Jangan Membeli Saham Perdana Facebook

Demam jejaring sosial segera melanda Wall Street. Kabar mengenai perusahaan jejaring raksasa Facebook Inc masuk ke lantai pasar saham Amerika Serikat (AS) sudah gencar beredar.

Facebook akan menyerahkan dokumen yang diperlukan untuk menggelar penawaran umum saham perdana alias initial public offering (IPO) kepada Securities and Exchange Commission (SEC) pada Rabu pekan ini.

Jadwal pencatatan sahamnya sendiri diperkirakan akan berlangsung pada pekan ketiga Mei tahun ini. Penjualan saham ini diperkirakan akan menjadi yang terbesar di sesama perusahaan internet.

Selain itu, IPO ini akan menjadikan Facebook sebuah perusahaan raksasa yang sebanding dengan senior-seniornya di lantai bursa dengan perkiraan kapitalisasi pasar hingga US$ 100 miliar atau setara Rp 900 triliun.

Sayangnya, Wall Street Daily's Chief Investment Strategist, Louis Basenese, justru meminta investor untuk tidak membeli saham perdana perusahaan yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg tersebut.

Pasalnya, ia punya tiga alasan yang kuat untuk itu, seperti dikutip dari Wall Street Daily, Selasa (30/1/2012):

1. Perusahaan Jejaring Sosial Selalu Memble di Wall Street
Tren menguat adalah sahabat baik para investor di Wall Street. Sebelum melihat kinerja dan mempertimbangkan fundamental Facebook, sebaiknya kita pantau dulu 19 jejaring sosial yang IPO sepanjang tahun 2011. "Hanya dua kata. Tidak Bagus," ujarnya.

Kevin Pleines dari Birinyi Associates menemukan fakta bahwa 82,4% IPO jejaring sosial tahun lalu sekarang ditransaksikan di bawah harga penutupan hari pertama. Lalu, sebanyak 57,9% (sebanyak 11 dari total 19) diperdagangkan di bawah harga penawaran IPO.

Dua saham yang paling anjlok adalah Zynga (Nasdaq: ZNGA) dan Groupon (Nasdaq: GRPN).

Saham Zynga diperdagangkan di bawah harga IPO pada perdagangan perdananya, sementara Groupon melonjak 55,7%. Dalam sepekan, keduanya ambles jauh di bawah harga IPO.

"Mari kita lebih serius, alasan paling kuat untuk menghindari saham IPO Facebook adalah karena Wall Street tidak akan mengelompokkan saham-saham lain yang serupa menjadi sebuah indeks sektoral," ujarnya.

2. Pertumbuhan Perusahaan yang Lambat Membunuh Harga Saham.
Ketika anda berinvestasi dengan membeli saham perusahaan, berarti anda berharap besar masa depan perusahaan itu akan cerah. Jika perusahaannya berhenti berkembang, maka ucapkan selamat tinggal kepada uang anda.

"Satu hal yang bisa saya jamin adalah Facebook tidak akan bisa mempertahankan pertumbuhannya," katanya.

Ambil satu contoh, dalam jangka waktu empat tahun, pengguna Facebook melonjak dari 66 juta menjadi 800 juta akun. Jika pertumbuhannya dalam empat tahun ke depan minimal sama, maka target penggunananya harus lebih dari 9,7 miliar akun.

"Seperti saya bilang tadi, saya bisa jamin Facebook tidak akan tumbuh secepat sebelumnya. Tidak ada jumlah calon pengguna baru Facebook hingga sebanyak itu di dunia ini, apalagi manusia ke-7 miliar baru saja lahir bulan Oktober lalu," ungkapnya.

Yang paling memungkinkan, pengguna Facebook bisa menembus angka satu miliar tahun ini, atau tumbuh sekitar 25% dari tahun lalu. Dengan kata lain, pertumbuhannya sudah melambat sehingga jangan berharap sahamnya bisa melaju kencang.

3. Maaf Mark, Laba itu Sangat Penting di Wall Street

Pendiri sekaligus CEO Facebook, Mark Zuckerberg, menyatakan ia lebih peduli terhadap isi dan layanan perusahaannya ketimbang uang tunai.

Dalam wawancara terbarunya dengan The Wall Street Journal, "Bukannya kami tidak peduli terhadap bisnisnya. Banyak orang bertanya kepada saya kenapa tidak berusaha untuk menghasilkan lebih banyak uang. Aku hanya bilang, saya mencoba membangun bisnis untuk jangka panjang," kata Mark.

Tidak fokus kepada laba mungkin akan lebih keren dan elegan jika anda sebuah perusahaan tertutup dan sahamnya tidak dimiliki publik. Hal ini tidak berlaku di perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa saham.

Seperti kita semua ketahui, Wall Street terobsesi dengan uang atau laba. Setiap triwulan saat laporan keuangan, harga saham selalu mengekor hasil laba.

"Meskipun Zuckerberg nanti akhirnya menyadari hal tersebut, tetap saja valuasi IPO Facebook dinilai terlalu mahal," jelasnya.

Pertimbangkan ini, perusahaan internet raksasa Google (Nasdaq: GOOG), memiliki kapitalisasi pasar sekitar US$ 200 miliar atau sekitar Rp 1.800 triliun, dengan menghasilkan laba US$ 9,6 miliar atau sekitar Rp 86,4 triliun.

Jika melihat perbandingan tersebut, dengan perkiraan kapitalisasi pasar Facebook mencapai US$ 100 miliar atau setara Rp 900 triliun, maka setidaknya Facebook harus menghasilkan laba setengah dari laba Google, yaitu US$ 5,3 miliar atau setara Rp 47,7 triliun.

"Dan (laba) itu tidak tercapai, apalagi sebelum Mei. Perusahaan itu juga tidak mungkin bisa meraup U$ 5 miliar (Rp 45 triliun) dalam setahun penuh," tambahnya.

Kesimpulannya: Jika anda percaya sebuah investasi bisa sukses jika membeli dia harga rendah dan menjualnya saat harga tinggi, maka jangan beli saham perdana Facebook. Untuk bisa dapat untung dari saham IPO Facebook, anda harus membeli di harga tinggi dan menjualnya di harga lebih tinggi lagi... kepada orang yang lebih bodoh dari anda.

Sumber

Post a comment

Next Post
Posting Lebih Baru
Previous Post
Posting Lama